Jumat, 28 Oktober 2016

BIMBINGAN KONSELING (SEJARAH MUNCUL)



BAB I
PENDAHULUAN

Istilah Bimbingan dan konseling sudah sangat populer dewasa ini dan bahkan sangat penting peranannya dalam sistem pendidikan.ini semuanya terbukti karena Bimbingan & konseling telah di masukkan dalam kurikulum.dalam membicarakan masalah pelayanan Bimbingan & konseling dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar pada situasi pendidikan secara keseluruhan.Pada hakekatnya kita mencoba untuk mengerti & memahami secara mendalam tentang setiap komponen yang ikut berperan demi terlaksananya proses itu secara baik dan menyeluruh.
Perlunya setiap komponen d pahami secara baik oleh setiap pengelola proses itu adalah disebabkan,jika salah satu komponen tidak befungsi secara sempurna,besar kemungkinan proses ituakan mengalami kemacetan sehingga hasil yang di harapkan tidak maksimal dengan kemampuan,bakat,minat dan cita-citanya.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita,mengingat bahwa suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang di berikan kepada individu pada umumnya,dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya.Hal ini sangat relevan jika dilihat dari prumusan bahwa pendidikan itu adalah merupakan usaha saadar yang bertujuan untuk mengembangkan kpribadiaan dan potensi-potensi ( bakat,minat,dan kemampuan).kepribadian menyangkut masalah perilaku atau sikap mental  dan kemampuan meliputi maaslah akademik dan keterampilan.Tingkat kepribadian dan kemampuan yang di miliki oleh seseorang adalah suatu gambaran mutu dari orang tersebut.
Oleh karena itu izinkan kami  berikut ini mengungkap tabir Sejarah Munculnya Bimbingan dan konseling , apakah perkembangan itu ??? , dan perlunya Bimbingan dan konseling sebagai berikut........!!!!!!!!!!!








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah munculnya bimbingan dan konseling
            Bimbingan dan konseling (guidance and counseling) sebagai disiplin ilmu yang berkembang sejak permulaan abad ke-20 M. Tepatnya pada tahun 1908-1909 dimana merupakan periode dasar-dasar ilmiah bimbingan dan konseling diletakkan oleh beberapa ahli ilmu jiwa dan pendidikan.
Masalah bimbingan dan konseling di amerika serikat telah di mulai dirintis sejak tahun 1887 yaitu dengan dilaksanakannya “Home Econic Program” di Missouri pertama kali,kemudian diikuti di boston tahun 1894.Pada tahun 1902 telah mulai perawat yang berpraktik di New York sekalipun demikian ,bimbingan secara khusus memberikan perhatian kepada anak-anak baru kali pertama dilaksanakan pada tahun 1896.tokoh pertama gerkan bimbingan anak-anak adalah Witner yang mendirikan klinik di universitas Pennsylvania ,Amerika serikat.
Menurut Drs H.M Arifin ,M.ED ,pada masa  awal kemunculan bimbingan & konseling ,terjadi tiga gerakan yang masing-masing  mempunyai arah perkembangannya  sendiri yaitu sebagai berikut :
1)      Gerakan yang berusaha memanfaatkan pengukuran psikologis tentang kemampuan mental anak untuk di pergunakan sebagai dasar pengertian dalam pelaksanaan bimbingan & konseling
2)      Mental Hygiene ( kesehatan jiwa ) adalah juga termasuk salah satu gerakan yang mempengaruhi perkembangan bimbingan & konseling.
3)      Vocational Guidance yaitu suatu bimbingan yang menitikberatkan bantuan kepada terbimbing dalam jabatan atau pekerjaan sekarang dan yang akan datang ,menurut kemampuan masing-masing.[1]
            Menurut Arthur E.Traxler dan Robert D,North,dalam bukunya berjudul :”Techniques of guidance” (1996),di sebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah bimbingan di antaranya :
1)      Pada akhir abad ke-19 dan awal ke-20 timbullah suatu gerakan kemanusiaan,yang menitikberatkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya.
2)      Agama.
3)      Airan kesehatan mental ( Mental Hygiene ),timbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala,tingkat penyakit jiwa,pengobatab dan cara pencegahannya.
4)      Perubahan dalam masyarakat.Akibat perang dunia I dan II  , pengangguran, depresi,perkembangan teknologi, wajib belajar dll. mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah tanpa mengetahui untuk apa mereka bersekolah.perubahan masyarakat ini mendorong para pendidik untuk memperhatikan setiap anak sesuai dengan kebutuhannya agar meraka dapat menyelesaikan p;endidikannya dengan berhasil.[2]
Jika dilihat dari latar belakangnya, konseling muncul karena adanya sejumlah pertanyaan yang perlu dijawab individu dan untuk itu perlu bantuan profesional. Jika di lihat eksistensinya, konseling merupakan salah­ satu bantuan profesional yang sejajar dengan- misalkan kedokteran, psikoterapi, psikiatris, dan penyuluhan sosial. Dilihat dari kedudukannya dalam proses keseluruhan bimbingan, atau dalam bahasa ingrisnya guidance,konseling merupakan bagian integral, atau teknik andalan, bimbingandan disini kebiasaan orang menggabungkannya menjadi "Bimbingan Konseling".

Konseling asal mulanya bukan dari negara kita tercinta ini, namun ia merupakan produk inpur dari negeri Amerika Serikat. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers yang kemudian mengembangkan pendekatan terapi yang berpusat pada klien (client centered). Namun demikian ada juga yang berpendapat bahwa bimbingan  konseling ini dimulai pada tahun 1896. Hal inidapatdilihatdaripemyataan yang terdapatdalambukuJauh J. Pietrofesa (Chicago), dalambukunya yang berjudul Counseling Theory, Researce, and Prectice"a psychological counseling clinic was established by lighnerwitmer at the University of Pennsylvania", sementara itu Shertzerdan Stone memperkirakan bahwa konseling mulai ada pada tahun 1898, melaluiungkapan, "counseling my have begun in 1898 when Jesse B. Davis begun work as counselor at Central High School in Detroit, Michigan"

Bila kita telusuri maka bimbingan dan penyuluhan itu mulai timbul sekitar permulaan abad XX .gerakan ini mula-mula timbul di amerika yang di pelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frank Parsons,jesse B.Davis,Eli Wever,John brewer. Pada tahun 1908 di Boston oleh Frank parsons,didirakanlah suatu biro yang dimaksudkan untuk mencapai efisiensi kerja dan beliaulah yang mengemumakakan istilah “Vocational Guidance” dan beliau mengusulkan agar masalah “vacational guidance” dimasukkan dalam kurikulum sekolah.Dengan langkah ini dapat kita lihat bagaimana masalah bimbingan ini mendapat perhatian yang begitu jauh oleh beliau ini.Dengan demikian maka akan menjadi jelaslah bagi kita bahwa bimbingan dan konseling yang kita dapati sekarang ini adalah merupakan perkembangan yang lebih lanjut dari “Vacational Guidance”yang dirintis oleh Frank Parsons,[3]

Setelah mengalami pengembangan dan pemantapan di negeri asalnya, kemudian bimbingan dan konseling ini pun menyebar ke beberapa negara yang ada di dunia, hingga sampai juga ke negara kita. Indonesia, diawali daridimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960, merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang, tepatnya pada tanggal 20-24 Agustus 1960. Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 berdiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui provek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun "Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan "pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas di dalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.

Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S.1.  Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.

Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas,hanya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahtaat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua
terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No.83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud im istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas.

Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatar belakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosiokultural dan aspek psikologis. Secara umum, Tatar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas, sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan.

Bila dicermati dari sudut sosiok-ultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiyang pesat sehingga berdampak di setiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan lajupertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekejaan relatif menetap.




Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
1.      Masalahperkembangan. individu,
2.      Masalahperbedaan individual,
3.      Masalahkebutuhanindividu,
4.      Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku dan
5.      Masalahbelajar
Faktor-faktor pendorong perkembangan Bimbingan Konseling sekolah secara umum di Indonesia, di antaranya:
1.      Pada diri individu yaltu adanya masa-masa kritis dalam tiap masa perkembangan individu, terutama dalam masa remaja
2.      Pada kondisi luar individu seperti kondisi teknologi yang berkembang pesat; kondisi nilai-nilai demokratis, nilai-nilai etika pergaulan, nilai-­nilai humanistic versus pragmatic; kondisi struktural dan kebidangan dalam pendidikan dan lapangan kerja; dan kondisi-kondisi lainnya, termasuk di antaranya proses transmigrasi dan urbanisasi, kehidupan masyarakat massa yang telah menjauhkan hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antara manusia dalam arti fisik dan praktis.

Selain itu faktor-faktor pendorong lain dari perkembangan konseling, khususnya konseling sekolah, adalah adanya keperluan nyata dan keperluan potensial para siswa pada beberapa jenjang pendidikan yaitu:
1.      Dalam menghadapi saat-saat kritis misalnya akibat kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan, diperlukan adanya tipe konseling kritis
2.      Dalam menghadapi kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arch diri dan pengambilan keputusan dalam karier, akademik, dan pergaulan sosial, diperlukan adanya tipe konseling fasilitatif
3.      Dalam mencegah sedapat munakin kesulitan yang dapat dihadapi dalam pergaulan, karier dan sebagainya, diperlukan adanya tipe konseling preventif
4.      Dalam menopang kelancaran perkembangan individual siswa seperti pengembangan akademik, diperlukan adanya tipe konseling developmental

Sehingga dengan demikian, kebutuhan akan hubungan bantuan (helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar diri individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu. SebagaimanaditerangkanolehShertzerdan Shelly C. StonedalambukunyaFundamental of Counseling (Boston; HoutonAlln Company, 1974) hal 22 "despite technological progress, man essential and perennial problem remain: Who am P How did I be comethey way I am? Am I normal? What good? What is reality? Or what value is life? How can I be more productive... more sensitive... more sensible... more alive?"

Perkembangan bimbingan disekolah untuk masa mendatang di Indonesia, menunjukkan adanya kemajuan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor penunjang diantaranya:
1.      Secara formal lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia sudah melaksanakan bimbingan, meskipun belum terlaksananya secara efektif dan profesional.
2.      Telah ada Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Buku III C, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan untuk SMP/SMA tahun 1975.
3.      Terdapat lembaga pendidikan/Pendidikan Tinggi, seperti FIP-IKIP dan FKIP dengan jurusan/program bimbingan konseling sekolah, yang memproduksi tenaga-tenaga profesional bimbingan sekolah.
4.      Telah diselenggarakan berbagai penataran Bimbingan dan Konseling untuk petugas Bimbingan disekolah.
5.      Kurikulum semua Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) telah mencantumkan mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
6.      Telah terbentuk Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) yang dari pusat sampai kedaerah-daerah merupakan wadah untuk mengembangkan jalur hubungan antara petugas bimbingan maupun pihak-pihak lain (vertikal maupun horison).
7.      Tersedia tenaga terampil dan berwenang untuk melaksanakan tes psikologi dibeberapa lembaga dan wilayah yang dengan berbagai instrumen tes psikologi yang telah dikembangkan oleh beberapa lembaga yang berwenang di Indonesia.

B.Apakah perkembangan itu ???
            Mengenai pengertian dari istilah perkembangan,banyak para ahli telah mengemumakakan pendapatnya,namun di antara satu dan lainnya terdapat perbedaan sesuai dari sudut mana mereka memandangnya serta aliran yang dianutnya.namun demikian walaupun mereka berbeda pendapat tetapi semuanya mengakui bahwa perkembangan itu adalah suatu perubahan,perubahan menuju ke arah yang lebih maju,lebih dewasa.secara teknik perubahan itu adalah suatu proses.jadi dengan demikian perkembangan itu sendiri adalah suatu proses,proses yang di lalui oleh setiap individu dalam menuju tingkat kedewasaan.
            Berkenaan dengan prose itu sendiri,dapat di kemukakan beberapa pendapat yang didasarkan pada aliran yang di anutnya yaitu :
a)      Konsepsi Aliran Asosiasi
Ahli yang menganut aliran ini berpendapat bahwa pada hakikatnya perkembangan itu adalah proses asosiasi.Menurut aliran ini yang utama adalah bagian-bagian itu terikat satu sama lain oleh karena adanya proses asosiasi.Misalnya terbentuknya pengertian “ibu” oleh seorang anak , dimulai dengan mendengar suara ibunya,yang kemudiaan diikuti dengan mengenal wajah ibunya.selanjutnya dengan rabaan dan elusan tangan ibunya ,kesan tentang ibunya semakin kompleks.bermacam-macam kesan itu selanjutnya secara psikis dan melalui proses asosiasi akan terbentuklah pengertian ibu anak tersebut.
b)      Konsepsi Aliran Gestalt dan Neo-Gestalt.
Menurut aliran ini perkembangan itu adalah proses diferensi,di mana hal yang primer adalah keseluruhan.sedangkan bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagian bagian dari dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian  lainnya.Yang ada terlebih dahulu adalah suatu keseluruhan,kemudian baru muncul bagian-bagiannya.Misalnya seseorang yang baru mengenal mobil,terlebih dahulu timbul adalah kesan tentang mobil secara keseluruhan kemudian baru muncul kesan tentang bagian-bagiannya seperti nama atau mereknya ,sopirnya,beberapa penumpangnya dan sebagainya.
c)      Konsepsi Aliran Sosiologis
Menurut para ahli yang menganut aliran sosiologis.seorang anak yang pada mulanya bersifat asosial kemudian dalam perkembanganya sedikit demi sedikit disosialisasikan,sehingga bersifat sosial atau lebih dapat menyatu dengan lingkungannya.

Ahli yang sangat berpengaruh di sini adalah Baldwin dia seorang yang ahli dalam bidang sosiologi,biologi,psikologi,dan filsafat.Baldwin menjelaskan proses perkembangan sebagai proses sosialisasi dalam bentuk imitasi yang berlangung dengan adaftasi dan seleksi , berdasarkan hukum efek ( law of offect ) .Menurut Baldwin ada peniruan dua macam yaitu a) non-deliberate imitation dan B) deliberate
imitation.Non-deliberate imitation adalah peniruan yang di lakukan anak terhadap gerakan-gerakan,sikap gaya orang dewasa secara demikian saja.sedaqngkan deliberate imitation terjadi kalau anak meniru peran dari orang dewasa tersebut.Misalnya anak bermain “ peranan Sosial “ di mana anak mencoba menirukan bagaimana memainkan peranan seorang ayah,ibu,penjual sate,sopir,dan lain sebagainya.proses peniruan ini ada tiga tahap yaitu : a) taraf proyektif,pada taraf ini anak mendapatkan kesan mengenal model (objek) yang ditiru b) taraf Subjektif,pada taraf  ini anak cenderung meniru gerakan-gerakan atau sikap si model atau objeknya, c) taraf eyektif,di mana pada taraf ini anak telah mengusai hal yang di tirunya itu misalnya anak telah mendapat pengertian bagaimana orang merasa , berangan-angan, berfikiir dan sebagainya.

Dalam proses peniruan dan adaftasi ini sangat di perlukan adanya bimbingan dari orang dewasa agar objek yang di tiru itu betul-betul dapat mendewasakan anak.guru yang di harapkan dapat menampilkan sikap yang positif dalam segala aspek kegiatannya sehingga dia betul-betul dapat dijadikan tokoh identifikasi bagi murid-muridnya dalam masa perkembangan itu.[4]
Perkembangan bimbingan dan konseling tahun 1990 boleh di katakan cukup menggembirakan.Di sekolah-sekolah negeri,khususnya sekolah menengah umum (SMU) dan sekolah menengah pertama (SMP) , telah di angkat tenaga guru pembimbing profesional.Dan tampaknya rasio mereka dengan siswa,untuk beberapa daerah.Pada pertengahan 1990-an pekerjaan mereka di sekolah-sekolah tersebut di dukung dan di perkuat oleh kurikulum SMU tentang pedoman bimbingan dan konseling dan petunjuk teknis pengelolaanBimbing dan konseling kurikulum  SMU 1996.namun dengan adanya kemudahan-kemudahan dalam perkembangan bukan berarti dengan sendirinya kini bimbingan dan konseling dapat berjalan.guru pembimbinglah yang perlu melanjutkan kerja keras tersebut,yakni mengisinya dengan kewajiban dan tugas profesionalnya dengan mengejawantahkan kompotensi mereka secara nyata.Pengalaman 20 tahun terakhir,sejak diberlakukannya kurikulum SMA 1975 buku IIIc pedoman bimbingan penyuluhan,justru sebagian hambatan di temui bersumber dari dalam diri guru pembimbing sendiri ,di saat di samping hambatan dari lingkungan.(di sini digunakan istilah guru pembimbing,dengan maksud menyesuaikan dengan landasan yudiris formal yang berlaku.kalau di temukan istilah konselor di sekolah,itu maksuidnya dengan istilah guru pembimbing).[5]
C.Perlunya Bimbingan dan konseling
            Pelayanan Bimbingan & konseling di sekolah dan madrasah dari tingkat satuan pendidikan sekolah Dasar hingaga perguruan tinggi,dewasa ini semakin dibutuhkan.Seiring dengan pesatnya perkembangan IPTEK,tawuran,penyalahguanaan oabat terlarang,perilaku seksual menyimpang,degradasi moral,tidak lulus Ujian,gagal UAN dan sebagainya ,berbagai persoalan pun muncul dengan segala kompleksitasnya.Akibatnya,indikasinya adalah munculnya berbagai penyimpangan perilaku di kalangan peserta didik yang seyogianya tidak dilakukan oleh seorang atau orang-orang yang disebut terdidik.selain itu,potensi siswa sebagai individu  seperti bakat , minat ,cita-cita dan lain sebagainya juga belum terkembang & tersalurkan secara oftimal melalui proses pendidikan & pembelajaran di kelas.Guna memecahkan persoalan-persoalan di atas prose pendidikan & pembelajaran perlu bersinergi dengan Pelayanan BIMBINGAN DAN KONSELING.Optamilisasi pelayanan Bimbingan & Konseling di sekolah dan Madrasah PERLU di lakukan ,sehingga Pelayanan Bimbingan & konseling Di sekolah dan Madrasah benar-benar memberikan kontribusi pada pencapaian Visi,Misi,dan tujuan sekolah dan Madrasah bersangkutan.
            Optimalisasi pelayanan Bibingan & konseling di sekolah dan Madrasah Perlu di dukung Oleh Sumber daya Manusia (petugas pelayan BK ) yang memadai,dalam arti memiliki pengetahuan dan wawasan tentang bimbingan dan konseling.[6]
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia.Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya seringmenghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti.Persoalan yang satu dapat diatasi,persoalan yang lain timbul demikian seterusnya.Berdasarkan atas kenyataan bahwa manusia itu tidak sama satu dengan lainnya , baik dalam sifat-sifatnya maupun dalam kemampuan-kemampuannya,maka ada manusaia yang sanggup mengatasi persoalannya tanpa ada bantuan atau pertolongan dari orang lain.Bagi yang akhir inilah Bimbingan & konseling sangat di perlukan.
            Adalah suatu hal yang wajar bahwa manusia perlu mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya.Dengan mengenal dirinya ini manusia akan bertindak dengan tepat dengan sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya.tetapi tidak semua manusia dapat sampai kepada kemampuan ini.Bagi mereka ini sangat di perlukan pertolongan atau bantuan dari orang lain,dan hal ini dapat di berikan Bimbingan dan konseling.[7]













BAB III
PENUTUP

Simpulan
Bimbingan dan konseling (guidance and counseling) sebagai disiplin ilmu yang berkembang sejak permulaan abad ke-20 M.Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita,mengingat bahwa suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang di berikan kepada individu pada umumnya,dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya.Hal ini sangat relevan jika dilihat dari prumusan bahwa pendidikan itu adalah merupakan usaha saadar yang bertujuan untuk mengembangkan kpribadiaan dan potensi-potensi ( bakat,minat,dan kemampuan).kepribadian menyangkut masalah perilaku atau sikap mental  dan kemampuan meliputi maaslah akademik dan keterampilan.Tingkat kepribadian dan kemampuan yang di miliki oleh seseorang adalah suatu gambaran mutu dari orang tersebut.
            manusia perlu mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya.Dengan mengenal dirinya ini manusia akan bertindak dengan tepat dengan sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya.tetapi tidak semua manusia dapat sampai kepada kemampuan ini.Bagi mereka ini sangat di perlukan pertolongan atau bantuan dari orang lain,dan hal ini dapat di berikan Bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia.Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya sering menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti.Persoalan yang satu dapat diatasi,persoalan yang lain timbul demikian seterusnya.Berdasarkan atas kenyataan bahwa manusia itu tidak sama satu dengan lainnya , baik dalam sifat-sifatnya maupun dalam kemampuan-kemampuannya,maka ada manusaia yang sanggup mengatasi persoalannya tanpa ada bantuan atau pertolongan dari orang lain.Bagi yang akhir inilah Bimbingan & konseling sangat di perlukan.








DAFTAR PUSTAKA

Drs.Samsul Munir Amin,M.A,Bimbingan dan konseling islam. jakarta : AMZAH , cet : pertama,Mei 2010
Drs.dewa ketut sukardi,Dasar-Dasar bimbingan dan penyuluhan di sekolah ( surabaya : “usaha Nasional”cet : pertama, !983

Drs.Bimo Walgito,Bimbingan & penyuluhan Di Sekolah,( Yogyakarta : Andi Ofsset,cet : 6,1986),

Drs.Syahril & Dra. Riska Ahmad,Pengantar Bimbingan dan konseling,( Padang : Angkasa Raya,cet  : 3,1887 )
Drs.Ridwan M.Pd,Bimbingan dan konseling Di sekolah, (Pustaka Pelajar,cet : 1,  mei 1998
Drs.Tohirin.M.Pd,Bimbingan & konseling di sekoalah dan madrasah, ( jakarta : PT.Raja Grafindo cet pertama , 2007
Drs.Bimo Walgito,Bimbingan & penyuluhan di sekolah, ( Yogyakarta : Andi Offset,cetpertama,1989












[1] Drs.Samsul Munir Amin,M.A,Bimbingan daqn konseling islam ( jakarta : AMZAH , cet : pertama,Mei 2010 ) hlm 28-31.

                                                                                            
[2]Drs.dewa ketut sukardi,Dasar-Dasar bimbingan dan penyuluhan di sekolah ( surabaya : “usaha Nasional”,cet : pertama,1983 ), hlm 12-14
[3] Drs.Bimo Walgito,Bimbingan & penyuluhan Di Sekolah,( Yogyakarta : Andi Ofsset,cet : 6,1986),hlm 9

                                                          
[4] Drs.Syahril & Dra. Riska Ahmad,Pengantar Bimbingan dan konseling,( Padang : Angkasa Raya,cet  : 3,1887 ),hlm 10-13
[5] Drs.Ridwan M.Pd,Bimbingan dan konseling Di sekolah, (Pustaka Pelajar,cet : 1,  mei 1998),hlm 1-2
[6] Drs.Tohirin.M.Pd,Bimbingan & konseling di sekoalah dan madrasah, ( jakarta : PT.Raja Grafindo cet pertama , 2007 ),hlm XI-2
[7] Drs.Bimo Walgito,Bimbingan & penyuluhan di sekolah, ( Yogyakarta : Andi Offset,cetpertama,1989 ),hlm 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar